Minggu, 08 Februari 2015

least cost theory



TUGAS TEORI LOKASI
NAMA           : JANNATUL NAJMI
NO BP            : 1211312003
JURUSAN     : ILMU EKONOMI (KAMPUS II PAYAKUMBUH)

LEAST COST THEORY

Least cost theori dikemukakan oleh Alfred weber, seorang ekonom Jerman. Dalam bukunya yang berjudul “Uber den Standort der Industrien” (About the location of industries) atau mengenai Lokasi Industri.
Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum.
Pendekatan ini dikenal sebagai Least cost theory yang menekankan analisisnya pada unsur produksi, sementara unsur per-mintaan atau pasar diabaikan.
Teori ini tujuannya untuk menemukan atau menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik secara ekonomis). Dan kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah memberikan keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diroleh dengan cara mengeluarkan biaya paling rendah. Dan kenyataannnya yang ada di lapangan sulit ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasikan keinginan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, karena lokasi industri dibagi ke dalam least cost location dan maksimum revenue location
Beberapa asumsi yang mendasari teori ini :
·         Hanya ada satu sumber bahan baku pada daerah terntentu
·         Biaya satua angkut yang tetap
·         Terdapatnya kompetisi antra industri.
·         Terdapat pasar didaerah lain dengan persaingan bebas tanpa monopoli.
Menurut Weber, penetapan lokasi yang optimal adalah menetapkan lokasi industri dengan meminimalkan biaya transportasi. Biaya pengangkutan merupakan penjumlahan ongkos pengangkutan bahan baku ke lokasi dan ongkos pemasaran barang dari lokasi produksi menuju pasar. Namun ongkos angkut barang pun harus proposional dengan jarak tempuh dan berat barang yang diangkut. Jadi menurut Weber lokasi yang terbaik adalah tempat yang biayanya paling minimal. Teori ini dilatar belakangi dengan menemukan lokasi optimal bagi setiap pabrik atau industri, di mana terbaik secara ekonomis maupun mampu memberikan keuntungan yang maksimal. Namun Weber lebih cenderung pada sudut pandang terbaik secara ekonomis (least cost location).
Weber juga menjelaskan mengenai adanya gelaja aglomerasi industri. Gejala aglomerasi merupakan pemusatan produksi di lokasi tertentu. Pemusatan produksi ini dapat terjadi dalam satu perusahaan atau dalam berbagai perusahaan yang mengusahakan berbagai produk. Gejala ini menarik industri dari lokasi biaya angkutan minimum, karena membawakan berbagai bentuk penghematan ekstern yang disebut Aglomeration Economies. Tentu saja perpindahan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya angkutan, sehingga dilihat dari segi ini tidak lagi optimum. Oleh karena itu, industri tersebut baru akan pindah bila penghematan yang dibawa oleh Aglomeration Economies lebih besar daripada kenaikan biaya angkutan yang dibawakan kepindahan tersebut.

Teori Lokasi Industri Weber (Least Cost Location) dan Segitiga Lokasional Weber 

 

 

Jika R1 dan R2 menggambarkan dua asal sumber bahan mentah, M adalah lokasi pasar. A adalah suatu industri yang akan didirikan dengan pertimbangan biaya transportasi.  gambar manakah yang mewakili lokasi paling cocok untuk didirikan industri?
Ya, tentunya lokasi aglomerasi industri yang ideal adalah lokasi yang berada di pusat segitiga itu, yaitu gambar (a). Mengapa? Karena pada gambar (a) menunjukkan biaya untuk transportasi bahan mentah dan produk jadi sama besarnya. Juga jarak dari P1 ke M, P1 ke R1 dan R2 sama jauhnya. Jadi, dengan menggunakan prinsip least cost maka lokasi P1 (lokasi berbiaya terendah) yang ideal adalah seperti pada gambar (a).
Menurut Weber, penentuan lokasi industri didasarkan oleh tiga faktor utama, yaitu material dan konsumsi, kemudian tenaga kerja, dan biaya transportasi.
kemudian dirumuskan secara matematis dengan sebuah persamaan.

 T(k) = q [ ( k1 a1 n1 ) + (k2 a2 n2 ) + m k3 ]

di mana :
T(k) = biaya angkut minimum
M = sumber bahan baku
C = pasar
K = lokasi optimal industri
q = output (hasil produksi)
k = jarak dari sumber bahan baku dan pasar
a = koefisien input
n = biaya angkut bahan baku
m = biaya angkut hasil produksi


Sumber :
Arisanti, Ana. 2010. "Pemilihan Lokasi Menurut Weber", dalam http://anaarisanti.blogspot.com/2010/05/menurut-teori-weber-pemilihan-lokasi.html
Artika, Tiara. 2010. "Aplikasi Teori Weber dalam Menentukan Lokasi", dalam http://kasihdalamkata.blogspot.com/2009/07/aplikasi-teori-weber-dalam-menentukan.html
Sarippudin. 2009. "Pemikiran Max Weber, dalam http://saripuddin.wordpress.com/pemikiran-max-weber.html

3 komentar: